Jumat, 29 Mei 2015

Rumah Kecil Di Bukit Sunyi

              Di atas bangku bambu reyot, Pak Kerto meluruskan kedua kakinya. Beberapa saat kemudian, ia beranjak dari bangku dan melangkah ke bilik belakang yang hanya dibatasi oleh anyaman daun rumbia. Diambilnya beberapa potong ubi dari panci dan  diletakkannya di atas selembar daun pisang. Ia kembali ke depan dan menikmati ubi rebus sambil meminum kopi.
            Tiba-tiba pintu terbuka dan laki-laki dengan perut gendut muncul. “Ooo... Juragan. Sillakan, Gan”, sambut Pak Kerto sambil membungkuk. Dengan tergesa dibersihkannya bangku bambu yang sudah reyot itu. “Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?” tanya sang juragan.
            “Sebagian sudah saya panen, Gan. Tinggal ladang sebelah kanan parit. Silakan juragan periksa hasil panenan itu”.
“Di mana kau letakkan, Kerto?”
“Ada di samping rumah, Gan. Ada enam karung terigu. Bagus-bagus hasil panenan kali ini”, kata Pak Kerto.
Kedua orang itu melangkah ke samping rumah. Sang juragan segera mendekati tumpukkan karung. Sesaat, dibukanya salah satu karung dan diambilnya sehelai daun yang ada di dalamnya, kemudian sehelai daun itu diciumnya. “”Ahhh, luar biasa!” teriaknya kegirangan, “Bagus...bagus sekali panenan kali ini, Kerto”, lanjut juragan itu sambil menepuk punggung Pak Kerto. Hati Pak Kerto bahagia telah membuat juragan senang. Ia akan mendapa tambahan upah. Watak juragan memang begitu, kalau sedang senang ia tak segan-segan memberi tambahan upah.
“Enam karung ini disimpan yang baik dan jangan sampai kena hujan.Dua hari lagi aku akan kembali ke sini mengambil semua hasil panenan”, ucap juragan sambil meninggalkan Pak Kerto.
Sepeninggal juragan, Pak Kerto berbaring sambil berselimut sarung. Ia tak dapat tidur. Pikirannya menerawang jauh. Pak Kerto ingin membelikan kain kebaya buat itrinya dan dua sandal plastik buat kedua anaknya. Hatinya bahagia karena sebentar lagi ia akan pulang untuk melepas kerinduan kepada istrinya dan kedua anaknya. Pikirannya tertuju pada pohon-pohon kecil di ladang sebelah kanan parit yang besok harus dipanen. Ia tak habis berpikir, untuk apa juragan menyuruh menanam pohon-pohon itu. Ia tidak tahu nama pohon yang bentuknya hampir mirip tanaman cabai. Pak Kerto hanya tunduk dan patuh pada perintah juagan. Patuh adalah taat (pada perintah, aturan, dsb) dan berdisiplin. Ia merawat tanaman dengan baik. Ia dak bergaul dengan orang-orang disekitarnya.
Saat Pak Kerto hampir lelap, terdengar suara orang mengetuk pintu. Pak Kerto berpikir sang juragan datang lagi. Dengan langkah yang tergesa-gesa Pak Kerto menuju ke pintu.
“Sebentar Gan, sebentar...” kata Pak Kerto sambil membuka palang pintu. “Biasanya kan langsung masuk, Gan”, lanjutnya sambil menguak daun pintu.
Pak Kerto merasa aliran darahnya terhenti ketika didepanya berdiri empat orang polisi dengan senjata di tangan.
“Jangan bergerak!”, gerak salah seorang polisi. Ketiga polisi lainnya langsung masuk rumah kecil itu. Pak Kerto berdiri kaku, mematung, tidak tahu apa yang terjadi.
“Maaf, Bapak saya tangkap”, kata polisi sambil mendekat dan memborgol kedua tangan Pak Kerto.
“Apa saah saya, Pak?” tanya Pak Kerto terputus-putus.
“Bapak telah menanam dan menyimpan pohon ganja. Pemerintah melarang menanam pohon itu”, jawab polisi itu tegas.
“Tapi saya hanya disuruh juragan. Saya hanya melaksanakan perintah juragan, Pak”, kata Pak Kerto tertunduk.
“Saya mengerti dan memahami keadaan Bapak. Juragan Bapak sekarang ada di tahanan polisi”.
Polisi itu menyuruh Pak Kerto berjalan menuruni lereng perbukitan. Sedangkan, ketiga polisi lainnya memanggul beberapa karung terigu yang berisi daun ganja dengan dibantu beberapa peladang yang kebetulan berada di sekitar perbukitan itu. Pak Kerto tertunduk bisu. Inilah jawaban atas teka-teki tanaman itu, ya, dua tahun lebih baru terjawab sekarang. Pipi keriput lelaki tua itu basah oleh air mata. Rumah kecil di atas bukit semakin jauh ditinggalkan. Tuhan, jerit Pak Kerto lirih.
 


Setelah membaca teks “Rumah Kecil di Bukit Sunyi” itu, jawablah pertanyaan berikut!
1)       Menurutmu, termasuk jenis teks apakah teks “Rumah Kecil di Bukit Sunyi”?
2)       Bagaimana dengan bagian-bagian yang membangun teks tersebut? Coba sebutkan kemudian tulis bagian-bagian tersebut!
3)       Ide pokok apa sajakah yang terkandung di dalam bagian-bagian yang menjadi struktur   teks “Rumah Kecil di Bukit Sunyi” tersebut?
4)       Menggunakan sudut pandang manakah teks tersebut? Jelaskan !
5)       Siapa tokoh utama dalam teks tersebut? Dan bagaimana karakternya?
6)       Sebutkan pula tokoh yang lain dengan karakternya pada teks tersebut !
7)       Konflik apa saja yang ada dalam cerita tersebut? Uraikan !
8)       Pesan apa yang disampaikan pengarang dalam cerita tersebut?
9)       Sebutkan latar yang ada dalam cerita tersebut !
10)   Bagaimana alur cerita pada teks tersebut ?
11)   Konjungsi apa saja yang terdapat dalam cerita itu? Jelaskan beserta maknanya !
12)   Cari kata ulang yang ada dalam cerita tersebut! Jelaskan beserta maknanya !
13)   Temukan frasa yang terdapat dalam cerita tersebut! Jelaskan beserta maknanya !
14)   Siapa sebenarnya Pak Kerto ?
15)   Bagaimana cerita tersebut, Menurutmu ?

Jawaban :
1)       Teks “Rumah Kecil di Bukit Sunyi” termasuk jenis teks cerpen.
2)        => Orientasi
Di atas bangku bambu reyot, Pak Kerto meluruskan kedua kakinya. Beberapa saat kemudian, ia beranjak dari bangku dan melangkah ke bilik belakang yang hanya dibatasi oleh anyaman daun rumbia. Diambilnya beberapa potong ubi dari panci dan  diletakkannya di atas selembar daun pisang. Ia kembali ke depan dan menikmati ubi rebus  sambil meminum kopi.
ð  Komplikasi
Tiba-tiba pintu terbuka dan laki-laki dengan perut gendut muncul. “Ooo... Juragan. Sillakan, Gan”, sambut Pak Kerto sambil membungkuk. Dengan tergesa dibersihkannya bangku bambu yang sudah reyot itu. “Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?” tanya sang juragan.
“Sebagian sudah saya panen, Gan. Tinggal ladang sebelah kanan parit. Silakan juragan periksa hasil panenan itu”.
“Di mana kau letakkan, Kerto?”
“Ada di samping rumah, Gan. Ada enam karung terigu. Bagus-bagus hasil panenan kali ini”, kata Pak Kerto.
Kedua orang itu melangkah ke samping rumah. Sang juragan segera mendekati tumpukkan karung. Sesaat, dibukanya salah satu karung dan diambilnya sehelai daun yang ada di dalamnya, kemudian sehelai daun itu diciumnya. “”Ahhh, luar biasa!” teriaknya kegirangan, “Bagus...bagus sekali panenan kali ini, Kerto”, lanjut juragan itu sambil menepuk punggung Pak Kerto. Hati Pak Kerto bahagia telah membuat juragan senang. Ia akan mendapa tambahan upah. Watak juragan memang begitu, kalau sedang senang ia tak segan-segan memberi tambahan upah.
“Enam karung ini disimpan yang baik dan jangan sampai kena hujan.Dua hari lagi aku akan kembali ke sini mengambil semua hasil panenan”, ucap juragan sambil meninggalkan Pak Kerto.
Sepeninggal juragan, Pak Kerto berbaring sambil berselimut sarung. Ia tak dapat tidur. Pikirannya menerawang jauh. Pak Kerto ingin membelikan kain kebaya buat itrinya dan dua sandal plastik buat kedua anaknya. Hatinya bahagia karena sebentar lagi ia akan pulang untuk melepas kerinduan kepada istrinya dan kedua anaknya. Pikirannya tertuju pada pohon-pohon kecil di ladang sebelah kanan parit yang besok harus dipanen. Ia tak habis berpikir, untuk apa juragan menyuruh menanam pohon-pohon itu. Ia tidak tahu nama pohon yang bentuknya hampir mirip tanaman cabai. Pak Kerto hanya tunduk dan patuh pada perintah juagan. Patuh adalah taat (pada perintah, aturan, dsb) dan berdisiplin. Ia merawat tanaman dengan baik. Ia dak bergaul dengan orang-orang disekitarnya.
Saat Pak Kerto hampir lelap, terdengar suara orang mengetuk pintu. Pak Kerto berpikir sang juragan datang lagi. Dengan langkah yang tergesa-gesa Pak Kerto menuju ke pintu.
“Sebentar Gan, sebentar...” kata Pak Kerto sambil membuka palang pintu. “Biasanya kan langsung masuk, Gan”, lanjutnya sambil menguak daun pintu.
Pak Kerto merasa aliran darahnya terhenti ketika didepanya berdiri empat orang polisi dengan senjata di tangan.
“Jangan bergerak!”, gerak salah seorang polisi. Ketiga polisi lainnya langsung masuk rumah kecil itu. Pak Kerto berdiri kaku, mematung, tidak tahu apa yang terjadi.
“Maaf, Bapak saya tangkap”, kata polisi sambil mendekat dan memborgol kedua tangan Pak Kerto.
“Apa saah saya, Pak?” tanya Pak Kerto terputus-putus.
“Bapak telah menanam dan menyimpan pohon ganja. Pemerintah melarang menanam pohon itu”, jawab polisi itu tegas.
“Tapi saya hanya disuruh juragan. Saya hanya melaksanakan perintah juragan, Pak”, kata Pak Kerto tertunduk.
“Saya mengerti dan memahami keadaan Bapak. Juragan Bapak sekarang ada di tahanan polisi”.
ð  Resolusi
Polisi itu menyuruh Pak Kerto berjalan menuruni lereng perbukitan. Sedangkan, ketiga polisi lainnya memanggul beberapa karung terigu yang berisi daun ganja dengan dibantu beberapa peladang yang kebetulan berada di sekitar perbukitan itu. Pak Kerto tertunduk bisu. Inilah jawaban atas teka-teki tanaman itu, ya, dua tahun lebih baru terjawab sekarang. Pipi keriput lelaki tua itu basah oleh air mata. Rumah kecil di atas bukit semakin jauh ditinggalkan. Tuhan, jerit Pak Kerto lirih.
3)      > Orintasi
Waktu Pak Kerto sedang beristirahat, juragan datang ke rumah kecil Pak Kerto yang terletak di atas bukit yang jauh dari pemukiman penduduk untuk menanyakan hasil panen kepada Pak Kerto.
Ø  Komplikasi
Pak Kerto tidak mengetahui nama tanaman yang bentuknya hampir mirip dengan tanaman cabai yang ada di sebelah kanan parit yang besok harus dipanen. Tidak lama kemudian datang empat orang polisi bersenjata untuk menangkap Pak Kerto karena dia sudah menanam dan menyimpan pohon ganja.
Ø  Resolusi
Pak Kerto tertunduk bisu karena dia baru mengetahui bahwa tanaman yang telah lama ditanamnya adalah pohon ganja. Ia pun berada di tahanan polisi bersama juragannya.
4)      Teks “Rumah Kecil di Bukit Sunyi” menggunakan sudut pandang orang ketiga karena menggunakan kata ganti ia, dia dan pengarang meneritakan pengalaman orang lain.
5)      Pelaku utama pada teks “Rumah Kecil di Bukit Sunyi” adalah Pak Kerto wataknya Pekerja keras, patuh terhadap perintah, polos, dan penyabar (Protagonis).
6)      >    Juragan : Licik, Pembohong, Jahat (Antagonis).
Ø  Polisi     : Tegas, Pembela kebenaran, Adil (Protagonis).
7)      *    Pak Kerto bekerja di bukit sunyi sebagai petani.
·         Pak Kerto tidak mengetahui nama tanaman yang bentuknya hampir mirip dengan tanaman cabai. Tetapi, ia tetap patuh terhadap perintah juragan.
·         Pak Kerto kaget, ketika membuka pintu ada empat orang polisi bersenjata di tanganya masing-masing.
·         Pak Kerto di tangkap polisi karena telah menanam dan menyimpan pohon ganja.
·         Dari kejadian itu, Pak Kerto baru mengetahui bahwa tanaman yang sejak lama di tanamnya adalah pohon ganja yang dilarang oleh pemerintah.
8)      Kita harus berhati hati jika menerima pekerjaan dari orang lain yang kenal maupun tidak kenal.
9)      -   Latar Tempat : Di rumah kecil Pak Kerto di atas bukit yang jauh dari pemukiman  penduduk, di samping rumah Pak Kerto, di ladang, di lereng perbukitan.
-          Latar Waktu : Dua hari lagi, beberapa saat kemudian, sebentar lagi, sepeninggal juragan, besok, dua tahun lebih.
-          Latar Suasana : Bahagia, Terkejut, Sedih.
10)  Alur pada teks “Rumah Kecil di Bukit Sunyi” adalah alur maju.
·         Pak Kerto sedang beristirahat di rumahnya.
·         Kemudian juragan datang ke rumah Pak Kerto untuk menanyakan hasil panen.
·         Sang juragan senang karena hasil panennya sangat memuaskan. Pak Kerto pun bahagia karena juragan akan memberikan upah tambahan.
·         Sepeninggal juragan Pak Kerto berbaring sambil menerawang jauh, sehingga ia tak dapat tidur.
·         Pak Kerto tidak tahu tanaman yang telah ia tanam dan ia rawat dengan baik.
·         Saat Pak Kerto hampir lelap, terdengar suara orang mengetuk pintu. Ia mengira juragan datang lagi. Ternyata yang datang adalah empat orang polisi bersenjata.
·         Pak Kerto di tangkap polisi karena ia telah menanam dan menyimpan pohon ganja.
·         Pak Kerto pun berjalan menuruni lereng perbukitan. Sedangkan polisi memanggul beberapa karung terigu yang berisi daun ganja. Pak Kerto hanya tertunduk bisu dan menangis.
·         Dari kejadian itu, Pak Kerto baru mengetahui bahwa tanaman yang sejak lama di tanamnya adalah pohon ganja yang dilarang oleh pemerintah.
11)  -     Dan => Penambahan
-          Dengan => Penjumlahan
-          Adalah => Penyamaan
-          Karena => Penyebaban
12)   Kata ulang (Repetisi) :
·         Tiba-tiba => Tak disangka
·         Laki-laki => Pria
·         Bagus-bagus => Baik
·         Segan-segan => Ragu-ragu
·         Pohon-pohon => Banyak pohon
·         Orang-orang => Banyak orang
13)   Kata gabung (Frasa) :
·         Daun rumbia => Daun dari pohon rumbia
·         Bambu reyot => Bambu yang sudah tua
·         Daun pisang => Daun dari pohon pisang
·         Kain kebaya => Kain yang biasa di pakai perempuan
·         Air mata => Air yang keluar dari mata
14)    Pak Kerto adalah seorang laki-laki tua yang tinggal di rumah kecil di atas bukit yang jauh dari pemukiman penduduk. Ia bekerja sebagai petani ganja yang di tipu oleh jurgannya. Ia tinggal jauh dari istrinya dan kedua anaknya.
15)  Kita tidak boleh seperti Pak Kerto. Kita harus berfikir panjang dalam menentukan sesuatu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar